Tentang #Kayong


#Kayong ialah nama kota yang dibangun keturunan Prabu Jaya di dalam Batang Pawan. Belum ada kejelasan tentang asal perkataan #Kayong ini, namun ada seorang penulis yang menyebutnya berasal dari bahasa melayu tua untuk perkataan Kayangan. Adapula istilah dalam pewayangan yang rasanya juga berdekatan yakni Kayon, atau gunungan dalam bahasa Jawa baru. Yang berarti Kekayuan, menandakan lebatnya pohon di lokasi ini. Kebetulan Kakayon juga digunakan oleh Puak Melayu Kayong dalam peristiadatan pernikahan seperti mengarak Kekekayun.

Namun sebutan Kayong kemudian berkembang menjadi sebutan bagi suku/bangsa yang mendiami sepanjang alur Batang Pawan hingga Hilir Sungai Laur.

Kota #Kayong kemudian dijadikan oleh Sultan Kamaludin Inderalaya Bin Sultan Muazzidin Girie Laya sebagai Kotaraja menyusul jatuhnya Sukadana pada akhir abad 18.

Tempatnya berada agak ke hulu dari pertemuan Batang/Sungai Kayong (yang bisa jadi merupakan asal dari nama Kayong) dengan Batang Pawan. Abah M. Dardi, D.Has menyebut Sejenguk sebagai kota Kayong Kertapura. Wilayah negerinya, berdasar cerita, adalah rangkaian Kampung mulai dari Penjalaan hingga Muara Kayong sekarang.

Karena tahta yang dibawa oleh Girie Laya dan Indera Laya adalah tahta Matan, maka Kesultanan inipun dikenal kemudian dengan nama Matan Kayong, yang batas terjauh sebelah utaranya adalah Sukadana, sementara Melia nampaknya sudah masuk dalam kerajaan bawahan Matan yang bernama Simpang Matan.

Sebaran puak #kayong, selain berada di daratan utama Ketapang sepanjang Batang Pawan hingga Laur sebelah Hilir, juga berada di Serawak, bagian Malaysia sekarang.

Dari budaya suku Boyan Kayong di Serawak kita mendapati bahwa mereka mengaku berasal dari satu Negeri yang ditumbuhi Pohon Kedondong Raksasa. Dimana negeri tempat Pohon Kedondong Raksasa berada? Tidak lain berada di Kota Ketapang saat ini, dan agar jelas; bukan berada di daerah Kayong utara,

Demikian pula saat pembagian selepas perang besar 1828-1829. Di Sukadana didirikan Kerajaan Nieuw Brussel dibawah Mayor Belanda Tengku Akil Siak yang kemudian bergelar Sultan Abdul Djalil Syah. Sukadana berlepas dari Matan #Kayong. Namun seiring waktu, menyusul mundurnya Sukadana, Afdeeling Ketapang berdiri di Tanah Kayong membawahi dua kerajaan lainnya; Sukadana dan Simpang.

Seiring dengan perkembangan reformasi, wilayah paling ujung utara Tanah Kayong berlepas diri dan membentuk Kayong Utara bersama wilayah Kerajaan Simpang; Simpang Hilir dan Teluk Batang.

Sayangnya, kemudian karena kebiasaan bahwa nama Kabupaten merupaka nama kota utamanya, sebagaimana Ketapang, Sanggau, Sambas, Sintang, akhirnya Sukadana sering pula disebut orang - orang baik dalam maupun luar sebagai Kota Kayong tanpa menyebutkan Utara sebagai keterangan.

Penyebutan itu sesungguhnya tidak tepat, sementara mainland Kayong itu sendiri berada di Ketapang sekarang. Saya sendiri merasa amat tidak nyaman bila ada yang mengidentikkan Kayong Utara sebagai kota Kayong, padahal negeri Sukadana secara sejarah adalah kota yang 'pernah' lebih berjaya dibanding Kota Kayong, Bandar Perdagangan Intan dan Hasil tambang lain, tempat bersemayam Prabu Jaya dan anak keturunannya hingga Giri Kesuma.

Dan Tanah Kayong, dalam makna tanah utama; Ketapang hari ini, adalah tanah Asal tempat sebuah Bangsa pernah hidup dan kemudian menyebar membentuk suku - suku yang tetap bangga menyebut dirinya sebagai orang Tanah Kayong. Sebagaimana Orang Sambas dan Urang Banjar. Kami adalah orang Kayong.

Dan Ketapang, ialah Kayong Utama.


Postingan Populer